Prediksi Perjalanan Wisata di 2021, Kenaikan Harga Hingga Wajib Vaksin COVID-19
Di tahun 2020 ini perjalanan wisata menjadi penuh ketidakpastian akibat adanya pandemi virus corona. Mulai dari pembatasan perjalanan hingga perubahan yang bisa terjadi sewaktu-waktu, membuat perjalanan wisatawan menjadi terhambat.
Walau demikian, vaksin COVID-19 yang mulai didistribusikan ke sejumlah negara membuat perjalanan internasional diprediksi akan segera pulih. Tapi, tidak secepat itu, sebab pemulihan sektor pariwisata membutuhkan waktu beberapa tahun kemudian.
Bahkan, diprediksi tren traveling atau perjalanan wisata pada tahun 2021 mendatang pun tak lagi sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Lalu, seperti apa tren traveling pada tahun depan? Berikut ulasannya seperti dikutip dari Lonely Planet.
Wajib Vaksinasi atau Menunjukkan Hasil Tes Negatif COVID-19
Satu hal yang mungkin akan kamu butuhkan saat traveling pada tahun depan adalah bukti vaksinasi. Bahkan, diprediksi vaksinasi akan menjadi kewajiban bagi mereka yang ingin melakukan penerbangan internasional.
Hal ini pertama kali diungkapkan oleh CEO Qantas, Alan Joyce, beberapa waktu yang lalu. Joyce mengatakan bahwa vaksin kemungkinan diperlukan untuk wisatawan yang ingin naik pesawat.
Tapi di sisi lain, kebijakan ini dikhawatirkan akan mengurangi sebagian besar penumpang pesawat. Padahal, di sisi lain, maskapai penerbangan begitu ingin kembali mengudara.
Persyaratan yang jauh lebih mungkin adalah menunjukkan hasil negatif COVID-19. Artinya, sebagian besar bandara akan memiliki pusat uji antigen dan PCR.
Tak hanya itu, ke depan juga akan banyak destinasi wisata yang mewajibkan wisatawan melampirkan tes swab PCR negatif.
Teknologi Jadi Poin Penting Perjalanan Wisata
Saat pandemi, digitalisasi atau teknologi berkembang menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Kini, untuk mencegah penyebaran virus corona, berbagai sendi kehidupan dilakukan secara virtual atau daring.
Teknologi akan jadi lebih penting dari sebelumnya, dan perangkat pintar bakal mengambil peran sentral dalam perjalanan internasional tahun depan. Banyak destinasi wisata akan mewajibkan wisatawan mengunduh aplikasi pencegahan virus corona.
Bahkan, baru-baru ini sudah ada aplikasi baru yaitu CommonPass yang memungkinkan wisatawan membawa hasil tes COVID-19 mereka dalam format standar yang mudah dikenali petugas bandara. Itu memastikan pengunjung memenuhi persyaratan masuk destinasi, sekaligus melindungi privasi data kesehatan mereka.
Aplikasi ini nantinya juga akan menjadi salah satu cara untuk menyeragamkan sistem screening wisatawan yang keluar masuk dari negara yang dituju.
Selain itu, wisatawan juga akan wajib mengunduh aplikasi tertentu saat mereka mengunjungi destinasi wisata, restoran, hingga tempat-tempat lainnya.
Pariwisata yang Keberlanjutan
Prinsip pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism diprediksi akan mewarnai perjalanan wisatawan di 2021. Menurut Juliet Kinsman, seorang penulis buku The Green Edit: Travel-Easy Tips for the Eco-Friendly Traveller, menganggap bahwa 2020 memberi kesempatan alam untuk pulih.
Pada saat ini, wisatawan juga cenderung memilih tempat-tempat wisata yang berada dekat dengan alam atau ruang terbuka. Karena selain bisa meminimalisir terpapar virus corona, alam jadi pilihan setelah sekian lama mereka melakukan karantina mandiri di rumah.
"Saya pikir kita semua telah terhubung kembali dengan mengapa kita perlu mendukung lingkungan, tidak 'menyabotasenya', dan sigap menangani darurat iklim," tuturnya.
Alhasil, banyak perusahaan perjalanan yang akan menyesuaikan penawaran mereka. Seperti misalnya The Project Explora, perusahaan perjalanan petualangan yang berbasis di Prancis ini mengatur perjalanan berpemandu di Eropa.
Mereka hanya menggunakan transportasi darat dan pilihan makanan dengan dampak rendah karbon.
Kinsman, juga memperkirakan bahwa pada 2021, orang-orang berpikir lebih banyak tentang dampak sosial-ekonomi dari setiap keputusan yang mereka buat sebagai konsumen. Mereka akan berusaha membelanjakan uang sesuai nilai-nilai mereka.
Namun, "orang suka tawar-menawar," ia memperingatkan, "dan banyak yang akan memiliki lebih sedikit uang tunai, bahkan lebih tertarik untuk mendapatkan penawaran bagus."
Kenaikan Harga
Meski saat ini ada banyak penawaran perjalanan, sebagian besar para ahli memprediksi bahwa begitu publik mulai melakukan perjalanan lagi, harga akan mulai naik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah pilihan maskapai penerbangan yang akan semakin kecil, serta rute penerbangan yang dikurangi atau ditutup.
Krisis akan terus menipis pasar operator, hotel harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk pembersihan, dan asuransi perjalanan, faktor yang mungkin jadi wajib bagi semua pelancong, kemungkinan akan lebih mahal dari sebelumnya.
Namun, meski harga lebih tinggi akan jadi kenyataan dalam jangka pendek hingga menengah, perkiraan jangka panjangnya adalah untuk kembali ke jenis perjalanan global sebelum 2020, mungkin akan terjadi pada pertengahan 2022 atau 2023.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Comments
Post a Comment