Indonesia Desak Aparat Myanmar Hentikan Kekerasan ke Pendemo Antikudeta
Aksi demo memprotes antikudeta kembali digelar masyarakat Myanmar pada Minggu (28/2). Namun, demonstrasi itu berakhir ricuh hingga menewaskan 18 orang. Indonesia bersimpati atas kejadian tersebut.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia dalam situs resminya menyampaikan sikap terkait situasi di Myanmar tersebut. Indonesia merasa prihatin dengan kondisi yang terjadi di Myanmar saat ini.
"Indonesia sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah menyebabkan korban jiwa dan luka-luka," tulis pernyataan pers Kemlu Indonesia, Minggu (28/2).
Kemlu Indonesia juga menyampaikan duka cita dan bela sungkawa kepada para korban dan keluarga.
"Ucapan duka cita dan bela sungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarganya," tulis pernyataan itu.
Tidak hanya menyampaikan keprihatinan, Indonesia juga meminta agar aparat keamanan Myanmar menghentikan tindak kekerasan kepada masyarakat. Hal itu untuk mencegah jumlah korban jiwa yang lebih banyak.
"Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh serta mencegah situasi tidak semakin memburuk," bunyi pernyataan pers tersebut.
Sebelumnya kantor HAM PBB menyampaikan polisi Myanmar menembaki pengunjuk rasa. Akibat kejadian itu sedikitnya 18 orang tewas.
"Polisi dan pasukan militer telah menghadapi demonstrasi damai, menggunakan kekuatan yang mematikan dan kekuatan yang tidak terlalu mematikan. Menurut informasi yang dapat dipercaya yang diterima oleh kantor HAM PBB telah menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 luka-luka," kata kantor HAM PBB dikutip dari Reuters.
Banyaknya korban tewas dan luka akibat polisi melepaskan tembakan di berbagai bagian Kota Yangon. Selain itu, polisi melemparkan granat kejut dan gas air mata ke udara demi membubarkan kerumunan. Dalam pembubaran ini polisi dibantu militer.
Comments
Post a Comment