13 Ledakan Terjadi di Thailand Selatan, 2 Terduga Pelaku Tewas Ditembak Polisi

13 Ledakan Terjadi di Thailand Selatan, 2 Terduga Pelaku Tewas Ditembak Polisi
Ilustrasi Bom Molotov. Foto: Getty Images

Thailand bagian selatan dalam semalam menerima setidaknya 13 serangan bom. Dalam insiden ini, polisi menembak mati dua terduga tersangka dalam serangan terpisah setelah pengepungan selama 20 jam di provinsi terdekat.

Dikutip dari Reuters, selama beberapa minggu terakhir pemerintah membuka kembali dialog dengan pemberontak dari minoritas Melayu-Muslim di bagian selatan Thailand, yang warga negaranya mayoritas memeluk agama Buddha. Meski demikian, polisi tidak secara langsung menghubungkan hal itu dengan ledakan yang terjadi.

Pengepungan itu terjadi di Provinsi Narathiwat, di mana pasukan gabungan tentara dan polisi mengepung sebuah rumah di distrik Ra-ngae pada Jumat (28/1), menyusul informasi bahwa terduga tersangka yang terkait dalam serangan bom tahun lalu bersembunyi di sana.

Pihak berwenang mengatakan mereka mencoba bernegosiasi dengan terduga pelaku sebelum akhirnya menggerebek rumah. Satu relawan terluka dan dua terduga tersangka tewas dalam penggerebekan itu.

Secara terpisah, satu orang terluka ketika setidaknya 13 ledakan kecil mengguncang Kota Yala pada Jumat malam. Wakil juru bicara polisi, Kissing Phathanacharoen, mengatakan ledakan sebagian besar terjadi di toko serba ada, toko, pasar, klinik hewan, dan toko perbaikan mobil.

Sementara pada Sabtu (29/1), polisi menemukan setidaknya ada tiga bom yang tidak meledak, yang terbuat dari kaleng semprot dan pipa logam dengan sebuah timer terpasang.

Phathanacharoen mengatakan, pihaknya menduga ledakan tersebut ditujukan untuk menyebabkan gangguan daripada kerusakan atau cedera.

Karena serangan lebih banyak terjadi di Thailand wilayah selatan, tidak ada pihak yang mengeklaim bertanggung jawab. Kelompok pemberontak utama di wilayah itu, Barisan Revolusi Nasional, tidak menjawab ketika Reuters meminta tanggapan.

Lebih dari 7.300 orang tewas sejak 2004 dalam pemberontakan separatis di Provinsi Yala, Pattani, dan Narathiwat yang mayoritas diduduki etnis Melayu. Kelompok pemberontak ini menyuarakan kemerdekaan untuk provinsi-provinsi yang berbatasan dengan Malaysia, yang merupakan bagian kesultanan yang disebut Patani, yang dianeksasi Thailand pada 1909 sebagai bagian dari perjanjian dengan Inggris.

Pemerintah Thailand membuka kembali dialog perdamaian dengan kelompok pemberontak utama setelah tertunda selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.

Comments

Popular posts from this blog

Kabar Terbaru KRI Nanggala

5 Berita Populer: Aisyah Aqilah Rindu Jeff Smith, Mertua Mona Ratuliu Meninggal

Sapi Limosin Bernama Posh Spice Ini Laku Rp 5,1 M: Termahal se-Dunia