Terlibat Pembunuhan Presiden Haiti, Mantan Tentara Kolombia Dihukum Seumur Hidup
Salah satu tersangka pembunuhan terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise, German Alejandro Rivera Garcia, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan Amerika Serikat (AS), Jumat (27/10) waktu setempat. Rivera merupakan mantan kolonel militer Kolombia.
Rivera dan tiga orang lainnya diproses oleh pengadilan AS karena AS menuduh sebagian besar rencana pembunuhan terhadap Moise dirancang di wilayah mereka.
Dilansir AFP, dalam pengadilan, Rivera telah mengakui kesalahannya. Dalam kasus ini, Rivera bertugas memimpin pasukan tentara bayaran untuk menembak dan membunuh Moise di kediamannya.
Sebelumnya, pada Juni lalu, tersangka lainnya, Rodolphe Jaar yang merupakan warga Haiti-Cili juga mengakui kesalahannya. Ia lalu dijatuhi hukuman seumur hidup karena berperan sebagai pemasok senjata untuk membunuh Moise.
Moise yang saat kejadian berusia 53 tahun itu ditembak mati saat berada di dalam rumahnya pada 7 Juli 2021 lalu. Ia tiba-tiba diserang oleh sekelompok tentara bayaran yang terdiri dari 20 orang warga Kolombia. Saat itu, petugas pengamanan juga tak melakukan intervensi untuk melindunginya.
Pada Februari 2023, Jaksa AS, Markenzy Lapointe, dalam konferensi persnya menyebut serangan terhadap Moise ini didasari oleh nafsu pada uang dan kekuasaan.
Dalam kasus ini, kata Lapointe, ada dua manajer perusahaan keamanan Miami.CTU yang terlibat dalam penyusunan rencana menggulingkan Moise. Rencananya, mereka ingin menggantikan Moise dengan seorang warga negara Haiti-AS, Christian Sanon.
Sebagai imbalan, mereka dijanjikan kontrak pembangunan infrastruktur dan penyediaan pasukan keamanan serta peralatan militer jika Sanon memerintah nanti.
Awalnya mereka sebenarnya hanya berencana untuk menculik Moise saja. Namun rencana itu tiba-tiba berkembang menjadi sebuah pembunuhan.
Sejak kematian Moise, Haiti mengalami krisis yang lebih parah. Hingga saat ini bahkan belum ada pemilu yang digelar untuk mencari pengganti Moise.
Geng-geng kriminal menjadi semakin merajalela dan menguasai hingga 80% wilayah ibu kota. Tingkat kejahatan seperti penculikan bermotif ekonomi, perampokan bersenjata, hingga pembajakan terus meningkat di negara tersebut.
Comments
Post a Comment