WHO Evakuasi 32 Pasien Kritis dari Rumah Sakit Gaza yang Dikepung Israel
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengevakuasi 32 pasien kritis keluar dari Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan yang dikepung tentara Israel, Selasa (20/2). Dilansir AFP, meski demikian, WHO mengkhawatirkan pasien dan petugas medis lain yang masih terjebak di dalam.
Sejak Kamis pekan lalu, pasukan penjajah Israel berhari-hari menggempur wilayah sekitar kompleks rumah sakit. Setelah aksesnya ditolak oleh Israel, WHO lalu memimpin dua misi untuk memindahkan 32 pasien dengan kondisi kritis, termasuk dua anak-anak, keluar dari kompleks tersebut.
Dalam misi tersebut, WHO juga memberikan pasokan obat-obatan dan makanan untuk pasien dan staf medis yang tersisa di sana. Sedangkan pasien yang dievakuasi dipindahkan ke rumah sakit lain dan rumah sakit lapangan yang ada di Jalur Gaza dengan empat ambulans milik Bulan Sabit Merah Palestina.
"Daerah itu dikelilingi bangunan-bangunan yang terbakar dan hancur, ada tembok puing-puing yang tebal, dan tak ada jalan yang utuh," kata Staf WHO yang menggambarkan pemandangan "tak terlukiskan" saat ia mencoba mengevakuasi pasien di sana.
"Rumah Sakit Nasser ini bahkan tidak punya listrik atau air bersih. Limbah medis serta sampah berserakan dan jadi tempat berkembang biaknya penyakit," lanjutnya.
Di antara 32 pasien tersebut, kata WHO, tiga di antaranya mengalami kelumpuhan, sedangkan dua lainnya butuh bantuan ventilasi sepanjang jalan. Pasien lainnya juga harus dipasangi pen eksternal untuk cedera tulang yang parah.
130 Pasien Tersisa
WHO memperkirakan saat ini masih ada 130 pasien dan 15 dokter serta perawat yang masih ada di Rumah Sakit Nasser. Badan amal Doctors Without Borders (MSF) mengecam hal itu dan mengkhawatirkan keselamatan mereka.
Apalagi sebelumnya ada beberapa anggota MSF yang disebut meninggalkan rumah sakit saat tentara Israel menyerang. Namun beberapa kemudian, MSF mengaku belum mendengar kabar dari dua staf mereka yang berada di sana.
"Satu belum ditemukan sejak serangan, dan satu lagi ditahan di sebuah pos pemeriksaan oleh pasukan Israel ketika mencoba meninggalkan Rumah Sakit Nasser," kata MSF yang menuntut Israel mengonfirmasi keberadaan dua staf MSF tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, jubir WHO, Jarik Jasarevic, menyebut Rumah Sakit Nasser kini diselimuti oleh kegelapan dan hanya dibantu penerangan dari senter dan telepon seluler. Pasokan listrik di ICU juga terhenti, meski hal ini dibantah oleh tentara Israel.
Tentara Israel, Kolonel Moshe Tetro, juga membantah kabar jika ada beberapa pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan tersebut sejak pasukannya memulai serangan. Ia menuding hal itu adalah sebuah kebohongan.
“Tidak ada warga Palestina yang meninggal di ICU karena operasi IDF,” ujar Tetro.
Comments
Post a Comment