Mahasiswi Telkom University Curhat soal Tapera: Bikin Tambah Overthinking
Ada hal menarik dalam kumparan Anak Bangsa Curhat (A.B.C) yang digelar di Telkom University, Bandung, Kamis (30/5). Seorang mahasiswi ilmu komunikasi angkatan 2023, Salma Nabilah Andhara, curhat tentang Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) yang saat ini tengah menuai pro dan kontra.
“Gimana ya kalau nanti udah lulus, kayaknya jadi masyarakat kelas menengah dan Gen Z nanti sulit? Mulai dari harga rumah yang setinggi langit, support pemerintah untuk masyarakat itu kecil, ditambah ada kebijakan Tapera,” tulis Salma.
Dalam A.B.C, mahasiswa yang hadir memang boleh menulis segala unek-uneknya tentang hal apa pun. Alih-alih menulis perkara percintaan atau kepelikan tugas kuliah, Salma justru malah memusingkan soal Tapera.
Nah, Salma pun diminta maju ke stage oleh mbak kumparan untuk bercerita lebih banyak. Dari atas panggung, Salma mengaku curhatannya itu datang lantaran sering mendengar keluhan kedua kakaknya.
“Aduh gua bingung nih buat beli rumah blablablabla, cicilan udah banyak, pacar ngajak nikah masih lama, gitu-gitu kan.. Jadi aku banyak mendengarkan mereka resah bicara soal Tapera,” kata Salma mencoba menirukan keluhan kakaknya.
Semua keluhan kakaknya itu, menurut Salma, membuatnya ikut kepikiran juga. Terutama tentang gajinya kelak yang bakal banyak terpotong gara-gara Tapera.
“Jadi mikir, gimana nanti 3 tahun 4 tahun lagi ketika aku lulus. Lalu aku mendapatkan gaji yang banyak potongan, banyak pajak juga cicilan, sepertinya itu juga cukup memberatkan,” keluh dia.
“Apa sih yang tersisa untuk aku? Atau jangankan untuk aku, apa sih yang tersisa untuk tabungan aku ke depannya?” sambungnya.
Tapera sendiri merupakan program pemerintah yang mewajibkan pemberi kerja mendaftarkan seluruh pekerjanya sebagai peserta paling lambat 2027. Iuran yang dipotong mencapai 3 persen. Dengan rincian 0,5 persen ditanggung perusahaan dan 2,5 persen ditanggung pekerja.
Menanggapi hal tersebut, perwakilan TalentHub Kemnaker Halimah Ratna menyampaikan pandangannya. Halimah menilai membicarakan sebuah kebijakan adalah hal yang sensitif, tetapi ia percaya bahwa pemerintah sudah mempertimbangkannya matang-matang.
"Cuma memang ini ya, ada hal-hal yang memang misalnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah seharusnya mungkin juga melalui proses yang panjang. Enggak mungkin pemerintah bikin kebijakan gitu doang tanpa adanya riset dulu, diskusi, segala macam," ungkapnya.
Halimah lalu mengingatkan mahasiswa untuk bisa memaksimalkan program-program pemerintah. Mulai dari memanfaatkan program-program yang disediakan talenthub, kampus merdeka, student exchange, dan lain-lain.
"Program pemerintah itu dari uang rakyat ya kembali ke rakyat," pungkasnya.
Sekilas kumparan Anak Bangsa Curhat
kumparan Anak Bangsa Curhat (A.B.C) merupakan ruang bagi generasi muda untuk berekspresi dan menyuarakan opini terhadap nilai-nilai yang mereka anggap penting.
Dalam platform tersebut, generasi muda dapat bersuara tentang isu lingkungan, karier, keuangan, kesehatan mental, hingga pemerintahan. Melalui A.B.C, kumparan ingin mendukung para mahasiswa agar bisa kritis dan berani bersuara demi masa depan negeri.
Pada 2023 lalu, kumparan sudah menggelar A.B.C di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Padjajaran, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, hingga Universitas Indonesia.
Tahun ini, A.B.C perdana dilaksanakan di Telkom University. Mengusung tema How Gen Z Transform Future Career, kumparan A.B.C menghadirkan tiga panelis di sesi talkshow. Mereka berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk bekal Gen Z menghadapi dunia kerja.
Mereka adalah Rian Farhadhi (content creator), Halimah Ratna (TalentHub Kemnaker RI), serta Fadli Kalaloi (Sekretaris Prodi Ilkom Telkom University).
Sesi bincang-bincang tersebut tambah meriah dan seru saat dipandu oleh Winda Dwiastuti yang merupakan Corporate Communication Manager kumparan. Acara ini juga dimeriahkan oleh open mic dari komika Adi Arkiang.
Comments
Post a Comment