Dari Rumah ke Rumah: Cerita Pasukan Putih Menyentuh Hidup Warga Rentan
Eka (32), masih mengingat jelas pemandangan yang ia temui saat menjalani pelatihan lapangan sebagai anggota Pasukan Putih, tenaga layanan kesehatan warga di Jakarta.
Ia menceritakan kisahnya kepada kumparan usai mengikuti pelepasan Pasukan Putih di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (29/10). Esok hari, Kamis (30/10), dirinya akan resmi menjalankan tugas sebagai Pasukan Putih di Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat.
“Jadi, karena emang difabel kan emang biasanya dari kecil. Kalau yang saya temuin ya, sudah dari kecil. Jadi mungkin keluarganya sudah capek juga mengurusnya. Kadang yang saya miris itu dia tinggalnya, kan dia enggak bisa apa-apa, terbaring aja, tidurnya bareng kandang,” ujar Eka pelan.
Di rumah itu, satu ruangan dipakai untuk segala hal. Mulai dari tidur, makan, hingga tempat penyimpanan barang-barang bekas.
“Jadi satu ruangan itu cuma buat tempat tidurnya dia itu dikasih lantai, cuma diplester biasa itu. Bareng bekas kandang ayam, kandang burung, di situ semua. Jadi kayak gudang, terus kasur dia,” lanjutnya.
Ketika Eka datang bersama tim, mereka diberi tahu keluarga bahwa pasien itu dimandikan dengan cara menyiramkan air dari selang langsung di tempat itu.
Sementara, pasien yang sudah kaku dan tak bisa bergerak lagi itu hidup tanpa alas dan tanpa baju.
Realita di Lingkungan Menengah ke Bawah
Kawasan tempat Eka bertugas termasuk wilayah menengah ke bawah. Banyak keluarga yang hidup pas-pasan, sebagian anak putus sekolah, dan sejumlah warga difabel atau lansia hidup dalam keterbatasan.
“Jadi kadang anak-anak juga banyak yang nggak sekolah. Banyak yang putus sekolah justru di sana,” ujar Eka.
“Sebenarnya dari RT/RW-nya juga sudah mulai aktif. Dan sekarang sebenarnya kan KJP ada ya. Jadi kan sebenarnya mempermudah itu,” tambahnya.
Namun, ia tak memungkiri masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya berhenti sekolah atau menutup diri dari bantuan.
“Saya juga enggak ngerti kenapa orang tua ini kadang kalau misalkan sudah anaknya enggak mau sekolah, ya sudah aja gitu,” katanya.
Eka dan rekannya kini menjadi jembatan di wilayah tersebut, menghubungkan warga yang membutuhkan dengan layanan kesehatan dan sosial.
Pasukan Putih tidak hanya datang membawa alat medis. Mereka juga membawa kesabaran dan empati. Dalam beberapa kasus, mereka berkoordinasi dengan dokter dan perawat Puskesmas untuk memeriksa pasien yang tak lagi bisa berjalan.
“Kalau masih bisa jalan kita usahakan suruh ke Puskesmas langsung. Tapi yang enggak bisa jalan biasanya kita konsul ke dokter,” kata Eka.
“Kalau misalkan memang urgent banget harus hari itu juga dirujuk, ya berarti kita rujuk gitu,” lanjut dia.
Namun, Eka menyebut, tak semua keluarga mau berobat.
“Kalau misalkan yang difabel, memang kalau sudah tahunan biasanya keluarganya lebih ke pasrah,” tambahnya.
Tak hanya untuk yang difabel, kondisi serupa pun juga ditemui pada warga lanjut usia.
“Sebenarnya ada keluarga. Kadang anaknya banyak tapi anaknya tidak mau ngurus. Jadi sama suaminya doang,” ujar Eka.
“Kadang-kadang anaknya tuh enggak peduli. Tutup mata, itu yang kadang-kadang jadi PR, kita harus apa gitu kan,” sambung dia.
Dari Rumah ke Rumah, Mereka Bergerak
Pasukan Putih lainnya, Ika (25), juga menceritakan pengalamannya turun ke lapangan. Ika juga bertugas di Kalideres, namun dirinya ditempatkan di Kelurahan Pegadungan.
Ia pernah bertemu seorang pasien pria yang sudah dua tahun terkena stroke saat menjalani pelatihan beberapa waktu lalu.
“Nah, di situ keluarganya sih yang kayak enggak mau ke rumah sakit karena menurut dia kayak susah bawa itu,” kata Ika.
Namun berkat koordinasi lintas sektor, pasien akhirnya mendapat perawatan lanjutan.
“Kita juga difasilitasi perkenalan sama lintas sektor seperti Dasawisma, terus RT, RW. Jadi kita kerja sama bahwasanya kalau semisal kita bantu untuk rujukannya, nanti Dasawisma-nya bantu untuk fasilitas ke RW untuk ambulans,” ujarnya.
Ika juga menemui pasien lain yang kondisinya diamputasi, justru dirawat dengan penuh perhatian oleh keluarga.
“Entah kebaikan apa yang pasien lakukan sehingga keluarga tuh benar-benar ngurus. Semuanya bersih, ruangannya bersih,” kata Ika.
“Itu tuh NGT-nya (Nasogastric Tube) bersih, semuanya bersih, diapers-nya aman dan itu tuh kan pasiennya diamputasi. Itu luka baringnya pun bersih. Enggak cuman kita ngecek yang warga yang memang tidak terurus tapi ada juga yang terurus,” lanjutnya.
Sistem Jemput Bola: Tak Menunggu Laporan Datang
Tugas Pasukan Putih tak berhenti di pelatihan. Mereka kini turun langsung menjemput bola, mendatangi warga yang sakit, lansia, atau difabel.
Mereka bekerja sama dengan Dasawisma dan perangkat RW untuk memetakan warga yang membutuhkan.
“Soalnya kalau misalkan di Puskesmas kan biasanya datanya terbatas. Jadi kita datang ke RW, terus langsung ke Dasawisma. Jadi Dasawisma itu kan tahu per wilayahnya siapa aja yang sakit,” ujar Eka.
Melalui sistem ini, data pasien lebih cepat terkumpul, dan penanganan bisa dilakukan sebelum kondisi warga memburuk.
Sentuhan Personal di Tengah Padatnya Kota
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta melepas 584 Pasukan Putih, tenaga layanan kesehatan warga. Pasukan Putih ini akan bertugas memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat rentan seperti lansia, difabel, dan warga dengan keterbatasan aktivitas harian.
Tak hanya fokus pada perawatan fisik, mereka juga dibekali kemampuan pendampingan psikososial untuk membantu pasien dan keluarganya menghadapi tekanan emosional.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, Pasukan Putih memiliki peran penting dalam memperluas akses kesehatan hingga ke wilayah padat penduduk. Ia menekankan pentingnya sentuhan personal dalam menjalankan tugas.
“Tugas utama sebagai Pasukan Putih, harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkannya. Terutama para lansia, difabel, di mana saja mereka yang membutuhkan kehadiran saudara-saudara sekalian,” ujar Pramono.
“Dan yang paling penting adalah, untuk masyarakat yang seperti ini, sentuhan personal itu menjadi penting. Memandang dengan penuh mata yang berbinar-binar yang ingin menyelesaikan segala persoalan di masyarakat,” sambungnya.
Comments
Post a Comment