Ditargetkan Rampung Juni, 8 Pabrik Pemurnian Bauksit Ternyata Masih Berupa Tanah
Pembangunan pabrik pemurnian bauksit terus dikebut sebelum pemerintah menerapkan larangan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023 nanti. Staf Khusus Menteri ESDM, Iwandy Arif mengatakan saat ini terdapat 8 pabrik pemurnian yang masih dalam proses pembangunan.
Dia mengungkap, pihak perusahaan melaporkan ke Kementerian ESDM bahwa progres pembangunannya ada yang 50 persen, 30 persen, dan 18 persen. Namun setelah dicek di lapangan, proyek tersebut masih berupa tanah, alias belum ada progres signifikan.
"Ada yang melaporkan 50 persen, 30 persen, 18 persen kemajuannya. Diperintahkan menteri, tinjau ke lapangan, minerba, depalan-delapannya masih tanah. Ada satu yang ada kemajuan, yang kecil itu ada kemajuan," kata Iwandy pada saat workshop Mining for Journalist di Wisma ALDC PT Antam, Bogor, Sabtu (25/2).
Saat ini, baru ada empat pabrik pemurnian yang sudah bisa memproduksi alumina, dengan kapasitas input bijih bauksit 13,88 juta ton per tahun, dan total produksi alumina 4,3 juta ton per tahun.
Keempat pabrik pemurnian tersebut yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (ekspansi), dan PT Bintan Alumina Indonesia.
"Dari bijih bauksit ke alumina namanya pabrik pemurnian, bukan smelter, tapi refinery. Dari alumina ke aluminium itu namanya smelter. Hati-hati, nggak semua namanya smelter," tegasnya.
Iwandy menegaskan, keputusan pemerintah melarang ekspor bijih bauksit sudah final, yakni Juni 2023. "Nanti yang tidak akan bersungguh-sungguh pasti tidak mungkin bisa ekspor. Karena dia pegang janji smelternya selesai Juni," pungkasnya.
Comments
Post a Comment